Testosteron rendah meningkatkan risiko radang sendi

Pria dengan kadar hormon testosteron yang rendah mungkin memiliki risiko lebih tinggi menderita rheumatoid arthritis, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Annals of the Rheumatic Diseases.

Pria dan wanita yang menderita rheumatoid arthritis memiliki kadar testosteron yang lebih rendah dalam darah dibandingkan orang-orang yang tidak menderita penyakit ini, yang ditandai dengan rasa sakit, radang, kekakuan, dan kehilangan fungsi pada sendi.

Namun, para peneliti tidak membuktikan hubungan sebab dan akibat antara kedua fakta ini.

Dalam studi ini, para peneliti Swedia menganalisis sampel darah dari 104 pria yang kemudian didiagnosis dengan rheumatoid arthritis, serta 174 pria pada usia yang sama yang tidak tertular penyakit.

Waktu rata-rata antara ekstraksi darah dan diagnosis rheumatoid arthritis adalah sedikit kurang dari 13 tahun, tetapi berkisar antara satu hingga 28 tahun.

Setelah mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang diketahui untuk rheumatoid arthritis, seperti merokok dan berat badan, para peneliti menemukan bahwa pria dengan kadar testosteron yang lebih rendah lebih mungkin untuk mengalami kondisi tersebut.

Selain itu, penelitian ini menetapkan bahwa pria ini memiliki tingkat hormon perangsang folikel yang secara signifikan lebih tinggi (bahan kimia yang terkait dengan kematangan dan reproduksi seksual) sebelum mereka didiagnosis dengan rheumatoid arthritis.

Temuan menunjukkan bahwa perubahan hormon terjadi sebelum rheumatoid arthritis berkembang dan mereka dapat memberikan pengaruh pada keparahan penyakit, kata para peneliti.

Artritis reumatoid terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tubuh sendiri. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa testosteron dapat mengurangi efek sistem kekebalan tubuh, kata para peneliti.